Oleh Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus (Pengasuh Majelis Ilmu Dan Dzikir AR-RAUDHAH, Solo)
ANAS BIN MÂLIK radhiyallâhu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasûlullâh saw bersabda:
إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيْحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيْقَ لِلشَّرِّ، وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيْحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيْقَ لِلْخَيْرِ، فَطُوْبَى لِمَنْ جَعَلَ اللهُ مَفَاتِيْحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللهُ مَفَاتِيْحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ
Di antara manusia ada yang menjadi pembuka kebaikan serta penutup keburukan, dan ada pula yang menjadi pembuka keburukan serta penutup kebaikan. Sungguh beruntung seseorang yang Allâh letakkan di tangannya kunci-kunci pembuka kebaikan dan sungguh celaka dia yang Allâh letakkan di tangannya kunci-kunci pembuka keburukan. (HR Ibnu Mâjah)
Kebaikan adalah sesuatu yang diridhai Allâh sedangkan keburukan adalah sesuatu yang dimurkai Allâh. Jika Allâh meridhai seorang hamba, Dia menjadikannya sebagai kunci pembuka kebaikan. Ketika memandangnya kita segera teringat kebaikan. Di mana pun dia berada, kebaikan datang bersamanya. Ketika namanya disebut, yang terdengar hanyalah kebaikan. Jika dia berbicara, yang terucap hanyalah kebaikan.
Allâh menghiasi dirinya dengan berbagai sifat mulia, sehingga siapa pun yang bertemu dengannya akan menjadi baik; melakukan kebaikan, mengucapkan kebaikan, memikirkan serta merenungkan kebaikan. Di mana pun berada, dia menjadi kunci pembuka kebaikan. Setiap orang yang bergaul, berteman dan bersahabat dengannya pun memperoleh kebaikan.
Sebaliknya, ada orang yang siapa pun bertemu dengannya menjadi buruk, berbuat jahat, berkata kotor, berpikir jorok, dalam hatinya tersimpan keburukan. Di mana pun berada, dia menjadi penyebab terbukanya keburukan. Siapa pun yang bergaul dan bersahabat dengannya akan memperoleh keburukan.
Persahabatan dengan orang pertama (pembuka kebaikan) merupakan obat yang memperkuat imanmu, sedangkan pertemanan dengan orang kedua (kunci pembuka keburukan) merupakan penyakit yang melemahkan iman.
Seseorang yang hatinya hanya memikirkan dunia, maka ketika bertemu denganmu dia akan membicarakan dunianya. Sedangkan orang yang hatinya hanya memikirkan Allâh, Penciptanya, maka ketika bertemu denganmu dia akan menyebut-Nya. Setiap orang akan menyampaikan kepadamu apa yang dia anggap baik dan sesuai dengan isi hatinya.
Orang yang membicarakan dunia akan membuatmu menginginkan dunia. Dia akan menjadikan dunia tampak indah di matamu. Mendengarkan ucapannya hanya akan mendatangkan penyakit, menjerumuskanmu dalam kebinasaan dan kehancurannya.
Adapun orang yang membicarakan akhirat akan membuatmu menginginkan akhirat dan memandang indah akhirat. Dia akan membuatmu memandang rendah dunia, berzuhud terhadapnya dan waspada akan bahayanya. Sebab, dia akan memberitahukan kepadamu fitnah dan tipu daya dunia, menceritakan kepadamu omong kosong dunia dan perhitungan berat yang kelak ditemui para pecinta dunia dan kedahsyatan hari kiamat.
Sedangkan orang yang membicarakan keagungan Allâh yang Maha Agung, akan membuatmu meyakini pengaturan Allâh dan istiqamah dalam beribadah (menghamba) kepada-Nya. Bahkan ia akan membuatmu lupa akan dirimu sendiri dan segala sesuatu selain-Nya……..
Dikutip dari Kitab Nawâdirul Ushûl Fî Ma'rifati Ahâdîtsir Rasûl, Cet.1, juz.1, Dârul Kutubil 'Ilmiyyah, Beirut, 1992, hal.277, karya Abû 'Abdillâh Muhammad Al-Hakîm At-Tirmidzî,
Bergabunglah Bersama Kami di:
Telegram Channel :
Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada
Ikuti Blog Via Email
Terima kasih sudah berkunjung ke blog sederhana ini.